“Belajar kok selezat COKLAT?? Apanya yang lezat??
Yang namanya Belajar itu BERAATT!!
Kalo males, bakal kuwalat. Ngerjain PR telat… bisa kena damprat!
Belajar terus mana kuat!!!”
Hehee… yang punya anggapan begitu, pasti dia belum tau kalau belajar itu bisa bikin kita keenakan. Yang tadinya beban, malah bisa ketagihan. Ga percaya? baca geh…… penulis akan membahas bagaimana sih caranya supaya belajar itu jadi menyenangkan dan akhirnya bikin ketagihan…. persis seperti saat melumat-lumat cokelat dimulut kita. Hmmmm…..Yummy!
Well, Siapasih yang tidak suka cokelat? Selain rasanya enak, cokelat juga berkhasiat, lho!. Kandungan bahan kimiawi yang ada di dalamnya seperti Teobromin, Fanetilamina, dan Andamimida yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh dan kandungan ini banyak dihubungkan dengan serotonin dalam otak dan bisa membuat kita rileks,tapi nggak bikin ngantuk dan bisa menaikan mood juga. Lumernya kandungan kokoa dalam cokelat menimbulkan rasa lembut yang khas dimulut. Bahkan riset terakhir dari BBC mengindikasikan Kalbefarma, cokelat yang dimakan dalam jumlah normal dan teratur dapat menurunkan tekanan darah. Cokelat hitam bila mengkonsumsi dalam jumlah sedang, mengandung anti oksidan yang dapat mengurangi pembentukan radikal bebas dalam tubuh dan bisa menurunkan resiko penyakit jantung koroner.
Banyak korban yang begelimpangan karena mengaku setiap kali ketemu sama yang namanya ‘belajar’, mereka akan kena yang namanya Belajarophobia, seperti mengantuk saat baca buku pelajaran, jantung berdebar saat lupa ngerjain PR, hilang nafsu makan saat tau nilai ulangan jeblok, hingga pusing saat ngerjain PR matematika, dan sakit perut saat guru maju nyuruh ngerjain soal di depan.
Jadi, apakah kamu termasuk salah satu yang terkena Belajarophobia? ini tandanya jendela kamar kamu masih kamu buka.. karena kamu sistem belajarnya SKS(sistem kebut semalam), berikut adalah kesalahan-kesalahn yang sering dilakukan sehingga terkena Belajarophobia
Kesalahan Pertama: Belajar SKS
Belajar SKS, membawa kita pada niat yang salah, yaitu niatnya hanya cari nilai, bukan cari ilmu. Besok pagi ujian, malam ini baru belajar. Okelah mungkin paginya kamu lancar-lancar saja, tapi kalau sorenya ditanya lagi pasti sudah mulai lupa lupa ingat, besoknya ditanya, Bengong, minggu depanya ditanya lagi, pasti sudah hilang.
Inilah mengapa para siswa merasa cemas menghadapi ujian, padahal materinya sudah dipelajari, tapi karena belajarnya SKS, akhirnya kita harus mengulang deh semua pelajaran yang sudah dipelajari. Seharusnya sebagai pelajar, kapanpun ujian ditentukan waktunya meskipun mendadak, sudah siap penguasaan materi.
Bagi penganut sistem ini, Selamat…!!!! kamu mematahkan kata pepatah “Tuntutlah NILAI ke negeri Cina” (seharusnya ilmu)
Sebenarnya SKS itu lebih tepatnya bukan belajar, lebih tepatnya mengingat, penulis juga pernah melakukan SKS ini dengan Istana Pikiran, cukup efektif memang bagi mereka yang punya ‘Istana Pikiran’ yang bisa dibuka lagi kapanpun penulis mau. hehehe…… Kenapa penulis katakan SKS bukanlah belajar tapi mengingat ? Well, penulis rasa kamu harus tau dulu deh, belajar itu apa.
Kesalahan Kedua: Semua Tergantung Gurunya
Setiap guru punya kekurangan dan kelebihan masing-masing seperti kita, dengan segala kekurangan dan kelebihan itu, semua guru pasti berkeinginan muridnya jadi anak pintar dan lulus ujian. Namun kadang masih ada anggapan dari diri kita bahwa penyebab utama keberhasilan adalah guru. kalau nilai kita bagus, kita bilang gurunya ngajarnya enak, namun kalau nilai kita jeblok, kita bilang gurunya yang nggak bisa ngajar
Emang sihh… guru punya peran yang besar untuk menentukan keberhasilan seorang siswa, dan dari guru yang berkualitas pula siswa-siswi yang berkualitas dilahirkan. Tapi keliru kalau kita menganggap bahwa guru adalah kunci kesuksesan utama dalam belajar
Yang menetukan keberhasilan kita adalah kita sendiri, bisa aja gurunya nggak pinter ngajar, tapi kalau kita punya semangat yang kuat dalam belajar kita akan mencari ilmu yang tidak kita mengerti dari siapapun, jadi kalo kita beranggapan bahwa guru itu faktor utama, kita gak bakal punya dorongan untuk memperkya pengetahuan yang kita dapat dari sang guru
Jadi tanamkan pada diri kita bahwa gagal dan berhasilnya saya dalam belajar, itu tergantung diri saya sendiri. Jika prinsip ini sudah tertanam di diri kita, kita nggak akan kena lagi tuh yang namanya males-malasan dalam belajar. Karena kalau kita tidak belajar dan cuma puas dengan pelajaran dari guru saja, maka kita sendiri yang akan menanggung akibatnya
Kesalahan Ketiga: Puas Dengan Prestasi Belajar Yang Rendah
Banyak dari kta yang merasa puas dengan nilai enam untuk matematika. Jika ditanya, “Kenapa cuma dapat nilai enam?” jawabnya “itu sudah bagus, yang dapet empat, lima saja banyak”
Memang betul kalau ita harus bersyukur atas apa yang kita peroleh, namun jangan sampai kita salah menempatkan makna syukur. jika kitapunya potensi mendapatkan nilai delapan tetapi kita hanya dapat nilai enam artinya kita sudah mendholimi diri sendiri. Pantaskah hasil dari pelecehan terhadap potensi sendiri kita syukuri?
Allah telah memberikan potensi kepada setiap manusia untuk berprestasi optimal. Konsekuensinya adalah kita harus menggapai prestasi yang optimal. Salah satu caraanya adalah mengevaluasi siri atas hasil belajar yang telah diraih, itulah sebabnya hal penting yang harus dilakukan ketika tau nilai kita enam adalah bertanya kepada diri kita sendiri: “Mengapa saya mendapat enam? sampai situkah potensi saya? apakah hal yang mustahil mendapat nilai lebih dari itu? sudah optimalkah saya? mengapa masih ada teman yang nilainya diatas saya? mengapa mereka bisa mendapat sembilan sedangkan saya tidak? apa yang harus saya lakukan agar ulangan saya bisa mendapat delapan, sembilan, bahkan sepuluh?”
Dari pertanyaan diatas kita dapat menyimpulkan secara objektif: apakah saya harus bersyukur atau beristighfar dengan nilai tersebut, biasakan untuk tidak cepat puas dengan prestasi yang ada, Berusahalah mengejar prestasi yang lebih baik dari yang pernah didapat.
Nah, setelah tau kesalahan apa aja yang bikin si dia yang namanya nggak boleh disebutin jadi berat, apasih yang bisa membuatnya jadi menyenagkan? apa yang bisa bikin dia jadi selezat cokelat? Gimana sih biar kita cinta sama yang namanya belajar dan kangen sama yang namanya belajar? maka jangan alergi dulu sama yang namanya “Belajar” anggaplah belajar itu sebagai potongan-potongan cokelat yang akan kita lumat di mulut. Lalu bagaimana resepnya bikin belajar jadi selezat coket? nah… berikut adalah resepnya, cekidot:
Potongan Cokelat 1: Tau Manfaat Belajar
Kelezatan pertama : Berubah, dan menuju sesuatu yang lebih baik |
Yes… pertama kali kita harus tau dulu apa itu belajar……….
Apa itu Belajar?Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar adalah PERUBAHAN, jadi kalau kamu memang benar-benar belajar, Setelah mempelajari sesuatu kamu akan merasakan perubahan. Perubahan apa? dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak mengerti jadi mengerti, dari yang kurang pintar menjadi pintar, dari yang amatir jadi profesional, dari yang Ingusan jadi Duitan(udah kerja). Jadi, kalau kamu tidak mengalami perubahan setelah belajar, tandanya kamu belum belajar.
Si ucup bilang “Saya mengalami perubahan setiap pulang sekolah apalagi pas pelajaran terakhirnya matematika” .
“Perubahan apa emangnya cup?”.
“Ngantukkk…. jadi ngantukk Don”
“Semprullll”
Pada intinya, semua kegiatan yang dilakukan itu tujuannya untuk kebahagiaan kan? Siapa yang ingin sengsara didunia? Dalam kasus ini kita sebagai pelajar ya….harus belajar. Inget ya, biar bagaimana pun, kita nggak bisa ngelewatin satu bidang studi untuk tidak kita pelajar, karena biar bagaimanapun kita butuh belajar untuk lulus ujian, mencapai cita-cita yang cemerlang, jauh dari madesu(masa depan suram). Memang kamu mau masa depan mu suram? pastinya nggak dong,
So.. jadikanlah belajar jadi kebiasaan, belajar akan jadi kebutuhan(bukan hanya disekolah), maka belajar itu pasti akan membuatmu ke asyikan lho. Ada ujian tinggal BRANGKAT!! ada PR? SIKAT!! ngerjain soal? LEWAT! guru tanya? EMBAT!! makannya… SEMANGAT!!!
Potongan Cokelat 2: Semangat Belajar
Kelezatan ke-2 : Rasa Kompetitif dan Keingintahuan |
Kamu pernah baca novel Harry Potter yang tebalnya sebantal, atau buku lainnya yang tebel? kenapa kamu semangat untuk menyelesaikan ceritanya? jawabanya satu, pasti karena kamu penasaran
Nah, timbulkan juga dong rasa penasaran yang sama paada semua pelajaran disekolah, apa manfaat pelajaran tersebutyang bisa kamu terapkan dalam kehidupan nyata. Akhirnya jadi semangat belajar deh…
Iya, semangat belajar itu pentingnya bukan main. Ini poin yang kedua. Kita bisa mencontoh Imam Syafi’i yang sejak umur 2 tahun ayahnya meninggal dan hidup bersama ibunya dalam keadaan miskin bin melarat sehingga tidak mampu membayar gurunya yang mengajarinya Al-Qur’an
Meskipun begitu, Syafi’i kecil yang ketika itu belum menjadi imam tidak minder. saat di kuttab (kalau sekarang TPA), beliau mendengarkan gurunya mengajar murid-muridnya ayat-ayat Al-Qur’an, dan beliau langsung menghafalkanya. Apabila gurunya mendiktekan sesuatu, belum sampai selesai membacakan pada muridnya, syafi’i kecil sudah menghafal seluruhnya yang telah didiktekan gurunya. Hingga pada suatu hari gurunya berkata “Demi Allah, aku tidak pantas mengambil bayaran dari kamu sesenpun.”
Sungguh semangat Imam Syafi’i kecil dalam menuntut ilmu patut ditiru! Makanya wajar kalau beliau:
Hafal Al-Qur’an sejak umur 7 tahun
Diizinkan mengeluarkan fatwa oleh gurunya pada usia 15 tahun
Hafal ilmu fikih dari ulama makkah pada umur 20 tahun
Hafal Al-Muwaththa’ karya imam malik lengkap dengan sanadnya dalam 9 malam
Menjadi orang pertama yang merumuskan kaidah ushul fiqih
Membuat 1000 kesimpulan hukum lengkap disertai dalil dari renungan atas sebuah hadist pendek dalam semalam
Jadi meskipun kemampuan kita terbatas, jangan dijadikan sebagai masalah, Justru jadikan keterbatasan itu sebagai batu loncatan untuk maju ke impian yang ada di depan sana, bukan malah menganggapnya sebagai batu sandungan.
Potongan Cokelat 3: Ya Sudah Mulai Saja!
Kelezatan ke-3 : Menemukan hal baru |
Lalu cara ketiga membuat belajar menyenangkan adalah MEMULAI, Iya memulai, kalau kelamaan ditunda tinda malah nggak jadi jadi. Semakin pandailah kita menjadi ahli penunda.
Banyak yang suka ngeluh dan bingung saat mana yang tepat untuk belajar. Nggak mood lah, lagi M lah (Males) dan seabrek kambing hitam lainya…
Okelah sekarang kita mau Ngerumpiin yang namanya “Males”, setiap manusia juga pernah ngerasain males, termasuk juga penulis, bukan belajarnya sih yang males, tapi kadang dari rumah menuju sekolah atau tempat les itu.. jalanya yang bikin males, tapi paksain! ya, harus dipaksa… jangan dulu bilang ini pemaksaan, nggak semua pemaksaan itu buruk lho…
Nah begitupun belajar. Saat rasa malas itu datang, paksakan untuk tetap belajar. Caranya, tanamkan sugesti dalam diri kamu bahwa kali ini hanya akan belajar selama 5 menit saja, tidak lebih! Huh ngapai lama lama! udah, jangan kebanyakan alasan lagi. tetap paksakan untuk mulai, tekadkan cukup lima menit saja.
Mulai… Belajar
Ssst… Jangan berisik
5 menit berlalu…. ntar dulu, sedikit lagi deh
7 menit berlalu… tanggung
10 menit berlalu… eh, kayanya ada kaitanya sama catatan kemarin deh, mana ya buku catatanya :v
Naahhh… malah ketagihan kan? Ketauhilah bahwa sesungguhnya yang bikin males itu bukan belajarnya, tapi memulainya. Karena kalau sudah mulai, kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda… inget ya, teknik ‘5 menit saja’ terapkan kalau lagi datang M nya alias Malas
Jadi nggak ada alasan lagi dong buat menghindari belajar. Nikmatilah proses belajarmu itu, rasa ingin tau atau penasaran itulah yang bikin nikmat. Orang bisa sukses karena hadiah dari proses belajar yang telah mereka lalui, meskipun memang tidak selamanya menyenangkan. no pain no gain lah,,
Oke, selamat melumat-lumat lembut kelezatan belajarmu.