Home » Info Sekolah » Cerpen “Liburan” oleh Nayala

Cerpen “Liburan” oleh Nayala

LIBURAN

(Oleh:  Nayala Aich Octavia)

            “Sandra, kamu sudah bangun?”. Tanya Bu Mira, tanya mama Sandra sambil mengetuk pintu.

“Sudah Ma, sebentar lagi aku turun ke bawah.” Ucap Sandra yang sedang menyiapkan diri. Setelah itu terdengar suara kaki menuruni tangga. Sandra yang sudah siap dengan segala keperluannyapun keluar dari kamar dan langsung menuju ke bawah. Ternyata keluarganya sudah berkumpul, yaitu papa, mama, dan kedua kakak laki-lakinya. Merekapun segera memasukkan barang-barangnya kedalam mobil. Mobil yang ditumpangi satu keluarga itu, akhirnya melesat meninggalkan rumah mewah tersebut.

            Di dalam mobil, Sandra melihat pemandangan kota yang ia tinggali. Matahari yang terbit dari timur membuat bumi yang tadinya gelap, kini menjadi terang benderang. Hari ini Sandra dan keluarganya akan pergi berlibur ke puncak. Ia sudah membayangkan betapa sejuknya udara disana, pagi harinya dan disambut dengan suara kicauan burung-burung yang berterbangan.

            “San, kok ngelamun aja sih. Nanti kesambet loh.” Ucap kakak pertamanya yang bernama Mico. Suara kakaknya itu, membuat lamunannya buyar seketika.

“Ish, apaan sih Kak. Aku tuh mikirin, kita nanti tidurnya dimana?”. Ucap Sandra kesal, karena kaget dengan kelakuan kakaknya yang berbicara tepat di telinganya. Kan geli, he he he.

“Namanya di puncak, ya kita tidur di vila dong”. Jawab Pak Sando, papa Sandra yang tengah mengemudi.

“Yey, asik dong. Emang itu vilanya siapa, Pah?”. Tanya Doni, kakak keduanya.

“Vila yang akan kita tempati itu milik pamanmu. Di sana itu tempatnya enak kok. Ada taman bunganya loh. Di dekat vila itu juga ada kebun tehnya. Pokoknya kalian bakalan betah deh”. Jelas Bu Mira.

“Kayaknya mama udah pernah ke sana ya”. Terka Sandra.

“Emang iya”. Ucap Bu Mira sambil senyum-senyum dan menatap Pak Sando yang juga tersenyum.

            Tidak terasa Sandra dan keluarganya sampai di vila yang akan mereka tempati. Sandra dan kedua kakaknya langsung keluar dari mobil. Ternyata apa yang dibilang mamanya tadi benar, disini benar-benar nyaman, udaranya juga segar, harum bunga pun tercium di hidungnya.

“Wah, seger banget ya udaranya”. Ucap Doni yang dibalas anggukan oleh keluarganya.

“Yuk masuk!”. Ajak Bu Mira dan diikuti semuanya memasuki vila tersebut.

Sandra yang sudah diberi tahu kamarnya dimana, langsung saja masuk dan segera menata barang-barangnya dengan rapi. Setelah itu ia keluar dan berpapasan dengan Mico, karena kamarnya bersebelahan.

“Mau kemana?”. Tanya Mico

“Emm….. mau cari makan, lapar hi hi”. Jawab Sandra, cekikikan.

“Oh…… ya udah yuk, bareng. Kakak juga laper”. Jawab Mico, sambil merangkul pundak Sandra dan berjalan ke ruang makan.

Sudah banyak makanan tersedia di meja, ada Bu Mira yang sedang menyiapkan piring untuk mereka nanti.

Namun Sandra tidak melihat keberadaan papa dan kakak pertamanya.

“Ma. Papa sama kak Doni mana?”. Tanya Sandra penasaran.

“Oh, kakakmu mungkin belum selesai beres-beres. Kalau papa tadi masih ganti baju”. Jawab Bu Mira/

Tak lama terdengar suara kaki menuruni tangga.  Papa dan kakak pertamanya itu sedang bersenda gurau. Kamar papa dan mamanya itu bersebelahan dengan kakak pertaanya yang ada di lantai dua, serta kamarnya berada di lantai satu bersebelahan dengan kakak keduanya. Akhirnya mereka makan bersama dengan hening, hanya ada suara sendok yang berdenting.

Setelah menghabiskan makanannya Sandra meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk pergi ke taman bunga. Mico ikut dengan Sandra ke taman, karena disuruh oleh mamanya untuk menjaga adik perempuan satu-satunya itu. Sebenarnya ia malas sekali, mending tidur di kamar. Tapi karena ancaman sang mama yang akan memotong uang sakunya membuat Mico tidak berani membantahnya.

“Bunganya harum banget yah kak”. Ucap Sandra yang tengah menciumi bunga-bunga di sana.

“Namanya juga bunga, ya wangilah. Emang kamu bau, belum mandi”. Ucap Mico kesal.

“Kakak juga belum mandi kan, ini tuh masih siang. Aku juga gak sebau itu kok”. Jawab Sandra.

“Kalau aku nggak mandi tetep wangi kok”. Ucap Mico percaya diri.

“Iyain ajalah biar seneng”. Ucap Sandra.

Sandra kembali menikmati pemandangan dan melihat-lihat bunga yang indah, sedangkan kakaknya itu asik bermain game sambil duduk di rumput yang lembut tepat di bawah pohon yang rindang dan sejuk. Ditengah menikmati pemandangan yang indah Sandra terpaku melihat wanita cantik dibawah pohon paling besar dan rindang. Ia melihat wanita itu seperti memainkan memainkan sebuah alat musik gitar.

Sandra perlahan mendekati tempat wanita itu berada, karena rasa penasarannya yang tinggi. Semakin ia maju dan mendekati tempat wanita itu berada degup jantungnya pun kian bertambah. Namun suara Mico yang mengajaknya kembali ke vila membuat ia berbalik dan berjalan menuju kakaknya. Masih ada rasa penasaran, Sandra mencoba melihat kembali ke arah wanita itu. Tetapi, ia tidak menemukan keberadaannya. Mico yang kesal langsung menarik tangan Sandra.

“Kak lepasin, sakit tau”. Ucap Sandra dengan muka cemberut.

“Lagian kamu lama, ya uda aku seret aja biar cepet”. Ucap Mico kesal. Ia ingin kebali ke vila dan segera mandi karena badannya sudah terasa lengket.

“Ya udah, tapi bisa kan nggak usah seret-seret juga”. Ucap Sandra kesal dan menghentakkan kakinya.

“Iya deh. Tapi mukanya jangan gitu dong, nanti cantiknya hilang loh”. Ucap Mico, yang melepas tangan Sandra dan merangkul pundaknya.

Sandra dan Mico kembali berjalan menuju vila. Mico sedang bersenandung riang dengan Sandra yang masih saja memikirkan kejadian tadi. Sandra mencoba mengenyahkan pikiran itu dan kembali menikmati liburannya kali ini. Sesampainya Sandra dan Mico di vila, Sandra langsung masuk ke kamarnya, merebahkan tubuhnya dan tidak sadar ia sudah memejamkan mata berselancar di alam mimpi.

“Sandra cepat mandi dan turun ke bawah”. Teriak Mico di balik pintu kamar Sandra.

“Iya kak”. Ucap Sandra yang baru bangun dari tidurnya.

“Ada apa?”. Tanya Sandra, setelah mengetahui keberadaan keluarganya yang ada di ruang keluarga. Langsung saja ia duduk di bawah bersama kakak-kakaknya.

“Kumpul-kumpul dong. Biar kamu nggak tidur terus”. Ucap Doni, mengocak rambut Sandra.

“Emang kakak tau dari siapa kalau akau tidur terus?”. Tanya Sandra, menatap Doni dengan curiga.

“Tuh, kata kakak kamu tersayang”. Ucap Doni dengan dagu yang diangkat mengarah ke Mico.

“Namanya juga capek habis keliling taman, ya aku tidurlah”. Jawab Sandra santai.

“Gitu aja capek, gimana aku yang nungguin kamu”. Ucap Mico.

“Mending nungguin aku, dari pada uang saku dipotong”. Ucap Sandra menggoda Mico dengan menaik turunkan alisnya.

Mico yang mendengar ucapan adiknya itu hanya bisa mendengus kesal. Ia kembali memainkan game yang ada di smart phone nya itu. Sedangkan papah dan mamanya asik berbincang dan Sandra serta Doni juga menikmati camilan yang ada di meja. Sandra, yang sedang menikmati camilan itupun tiba-tiba teringat dengan kejadian tadi dialaminya. Rasa penasarannya seketika muncul.

“Pa, selain kita apa ada yang tinggal di vila ini?”. Tanya Sandra penasaran.

Pak Sando mengehentikan kegiatannya yang sedang berbicara dengan Bu Mira, lalu menatap putri kecilnya itu dengan raut berpikir.

“Yang menyewa tempat ini hanya untuk keluarga kita saja, di sini paling cuma ada Pak Joko pengurus kebun dan Pak Surya biasanya suka keliling-keliling vila buat mastiin ngga ada maling”. Jelas Pak Sando.

Sandra yang mendengar penjelasan papahnya itu hanya ber “O” riya saja, ia tidak ingin membuat keluarganya penasaran sepertinya. Juga takut bila terjadi sesuatu kepada orang-orang yang sngat disayanginya itu.

“Memangnya kenapa San?”. Tanya Mico yang mengerutkan keningnya.

“Ga papa kak”. Jawab Sandra memalingkan wajahnya ke Mico, lalu kembali menikmati camilan.

Langit malam hari ini begitu indah, banyak kemerlap bintang dan tak lupa ada bulan sabit yang ikut menerangi bumi, berbeda dengan kota yang ditempati Sandra. Bila malam hari tiba yang bergemerlap hanya lampu-lampujalan, itu jika dilihat dari hotel yang bertingkat.

BRRAAK………..

Sandra yang kini menikmati pemandangan dari balik jendela tersentak kala mendengar bunyi itu. Ia bangkit dari tepi kasurnya dan mengeceknya, mungkin ada benda jatuh. Perlahan ia membuka pintu sedikit dan menyembulkan kepalanya keluar, sepi tidak ada orang di sini. Itu yang membuatnya penasaran, hingga ia membuka pintu lebar-lebar dan mencari sumber suara tadi. Sandra mencari ke ruang keluarga tidak ada, tapi itu tidak membuat rasa penasarannya hilang, dengan penuh semangat ia mencarinya hingga ke seluruh ruangan yang ada di vila ini. Tetapi sayang, nihil tidak ada benda yang terjatuh. Sandra keluar dari vila dengan keberaniannya.

“Oh ternyata kamu yang membuat pot ini jatuh”. Kata Sandra.

Sandra berjongkok dan mengambil kucing berbulu putih bersih nan lembut itu ke pangkuannya. Ia berniat untuk mengadopsinya dan segera ia bangkit untuk meminta izin kepada kedua orang tuanya. Namun saat badannya berbalik, betapa terkejutnya Sandra melihat wanita cantik yang ada di taman bunga siang tadi, berdiri tepat di depannya dengan pandangan sayu.

“Kakak siapa?”. Tanya Sandra dengan polosnya.  Wanita itu itu tidak menjawab, ia malah menyuruh Sandra untuk mengikutinya dengan melambaikan tangannya. Sandra mengikuti wanita itu memasuki vila dan berhenti di kamar yang ditempati Mico.

“Kenapa di kamar kak Mico?. Tanya Sandra.

Namun saat ia melihat tempat wanita itu berdiri, ternyata sudah tidak ada, lagi-lagi ia menghilang. Namun Sandra tidak peduli, ia penasaran ada apa dengan kamar yang ditempati kakaknya itu. Sandra membuka pintu kamar dengan perlahan, saat itu pula ia melihat di dalam tidak ada kakaknya melainkan seorang laki-laki dan seorang wanita cantik, mereka seperti seumuran dan masih terlihat muda dengan umur berkisar 18 tahun, menurut Sandra.

“Kak Mico mana?”. Batin Sandra.

Kedua orang itu saling berbicara dan Sandra seakan tak terlihat oleh mereka. Sebentar, ia merasa mengenali wajah laki-laki itu. Sandra menyipitkan mata, berusaha mengingat-ingat wajah lelaki yang wajahnya mengeras. Matanya langsung membelalak, bukan karena ia mengingat laki-laki itu, tetapi tiba-tiba ia sedang mengeluarkan benda tajam semacam sabit dari juba yang ia kenakan.

“KAAK AWAAS!!!!”. Teriak Sandra.

Tetapi tak ada satupun yang mendengarkan teriakannya itu. Sampai dimana laki-laki itu melayangkan sabitnya dan mengenai leher wanita itu sampai putus. Badan wanita itu ambruk dengan darah yang menggenang di lantai. Sandra yang sock melihat kejadian mengerikan tadi akhirnya tidak sadarkan diri. Namun sebelum pingsan, ia sudah tahu siapa wajah laki-laki yang merasa di kenalnya.

Pagi harinya Mico dikejutkan dengan keberadaan adiknya di depan pintu, apa mungkin Sandra bermimpi sambil berjalan dan tertidur di depan kamarnya. Mico tidak tahu, ia berusaha membangunkan Sandra dengan menggoyang pundaknya tapi tidak ada tanda-tanda adiknya itu sadar. Panik, satu kata yang tepat untuk mewakili perasaan Mico saat ini karena adiknya tak sadarkan diri.

Tetapi ia mencoba berpikir dan segeralah Mico mengangkat tubuh mungil Sandra ke kamarnya. Setelah itu ia bergegas mencari orang tuanya dan kakaknya.

“PA, MA, KAK DONI !!!” Teriak Mico dengan mengetuk kamar mereka bergantian.

“Ada apa Miko?”. Tanya Bu Mira.

“Sandra ma”. Jawab Mico panik.

“Sandra kenapa Mic, jawabnya yang bener dong”. Tanya Doni yang ikut panik.

“Sandra pingsan, sekarang dia ada di kamarku”. Jawab Mico, setelah menarik napas yang panjang.

Mendengar perkataan Mico tadi, mereka segera melankah dengan cepat ke kamar Mico. Sementara itu Sandra mulai tersadar, matanya mulai terbuka bertepatan dengan kedatangan kedua orang tuanya dan kakak-kakaknya. Saat itu ditanyai oleh papanya, awalnya ia berbohong, tetapi papanya tau dan meminta kejuuran. Jadilah Sandra menceritakan semua kejadian yang dialaminya di sini. Pada saat Sandra menjelaskan soal orang yang wajahnya ia kenal. Sandra mengatakan bahwa itu adalah PAMANNYA. Akhirnya, mereka mencukupkan liburan puncak dan memilih pergi ke rumah pamannya meminta kejelasan tentang kejadian itu.

Sesampainya di rumah paman, Pak Sando langsung menanyakan pasal kejadian tadi. Sandra meras ada yang aneh saat papanya membahas wanita yang dilihatnya, wajah pamannya itu terlihat memerah, apalagi sewaktu papanya menceritakan dimana Sandra melihat wanita itu kepalanya disabit.

BRAAK…..

Pamannya menggebrak meja dengan sangat keras. Membuat kami semua terkejut.

“JADI KAMU MENUDUH AKU MEMBUNUH WANITA ITU”. Bentak pamannya.

“Tidak mas, aku hanya butuh kebenaran dan kepastian serta KEJUJURAN”. Kata Pak Sando dengan menekan kata “KEJUJURAN”.

Hening, pamannya itu diam semuanya diam dan ketakutan, kecuali pamannya yang jelas terlihat marah. Tiba-tiba pamannya tertawa sendiri, lalu menangis. Satu kata yang ada di benak Sandra. Aneh.

“Kejujuran ya”. Ucap pamannya itu dengan menyeringai.

BRAAK…….PRANK……….BRUUK………..

“YA, AKU YANG MEMBUNUHNYA !!!”. Ucap pamannya berteriak dan menghancurkan benda-benda di sekitarnya.

“Salah, SALAH AKU MEMBUNUH ORANG YANG TIDAK MAU HIDUP DENGANKU!!!”. Bentak pamannya.

“Dia memutuskan….hiks…hiks…hiks. Dia tak ingin bersamaku. Dari kecil aku sudah kurang perhatian orang tuaku. Sampai aku bertemu dengannya, aku ingin dia hidup denganku. Tapi dia memutuskanku, tak ada alasan yang ia berikan. Hanya saja, ia bilang aku menyakitinya”. Ucap pamannya yang memelan ludah di bagian akhir kalimat.

Kami semua terdiam. Bu Mira dan Sandra menangis tersedu. Diam-diam Mico merekam semua kejadian yang terjadi dan itu adalah perintah dari papanya. Dengan kode yang diberikan Pak Sando Doni menelpon polisi. Tiba-tiba pamannya berbalik dengan membawa pecahan kaca di tangannya.

“Nah kalian sudah tahu mengapa aku membunuhnya”. Ucap pamannya dengan mendekati keluarganya.

“KALIAN HARUS MATI”. Teriak pamannya.

BRAAK……

“Angkat tangan”. Ucap polisi sambil menodongkan pistol.

Polisi langsung memborgol tangan pamannya dan membawanya ke kantor polisi. Sedangkan Sandra dan keluarganya kembali ke mobil. Mobilpun melesat menuju rumah kediaman mereka.

“Ternyata aku yang membuatnya begini”. Ucap Pak Sando menyesal.

“Sudahlah, ini semua bukan sepenuhnya salahmu”. Ucap Bu Mira menerangkan.

“Mico, kamu sudah berhasil?”. Tanya Pak Sando.

“Sudah pa”. Jawab Mico sambil menunjukkan rekamannya.

“Bagus, itu bisa menjadi bukti”. Ucap Pak Sando.

Akhirnya keluarga Sandra sampai di rumah dengan selamat. Sandra langsung menghempaskan tubuhnya kekasur yang empuk. Ternyata liburannya kali ini sangat berbeda dari sebelumnya.

Pamannya itu mengalami gangguan jiwa dan mayat wanita yang dibunuhnya itu dikubur di taman bunga. Mungkin arwahnya sudah tenang karena sudah dikuburkan di tempat yang seharusnya. Sandra mengetahuinya dari papanya yang diberitahu oleh polisi. Orang tua papanya terlalu pilih kasih dan hanya menganggap papanya saja di keluarganya membuat pamannya frustasi, akhirnya mengalami gangguan jiwa. Sandra tidak akan melupakan liburan kali ini, ia jadi lebih sering bersyukur dengan diberikan kebahagiaan dalam keluarganya. Orang tuanya menyayangi semua anak mereka dan bisa berlaku adail.

SELESAI


Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *