Home » 2020

Yearly Archives: 2020

Sambutan Kepala SMPN 12 Gresik

Assalamualaikum Wr.Wb
Kami mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmad dan hidayahNya sehingga kami dapat melaksanakan tugas kita masing-masing dengan sebaik-baiknya Kami bersyukur bahwa UPT SMPN 12 GRESIK mulai tahun ajaran baru 2020/2021 ini, telah memiliki website baru dengan alamat uptsmpn12gresik.sch.id

Adapun harapan kami dengan adanya website tersebut antara lain :

1. Dapat digunakan sebagai sumber informasi akademik yang terkait dengan kegiatan belajar mengajar.
2. Dapat digunakan sebagai media delam pembelajaran daring selama masa pandemi.
3. Dapat digunakan sebagai sarana komunikasi antara siswa, wali murid dan sekolah.
4. Dapat digunakan sebagai media dalam penyaluran bakat dan minat siswa dalam berbagai bidang.

Akhirnya kami berharap agar website ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kemajuan dan peningkatan mutu sekolah.
SALAM PRESTASI ……………
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Kepala

Wahyudi, S.Pd
NIP 196812051995011001

Pekan tujuh belasan SMPN 12 GRESIK

SELAMAT ULANG TAHUN KE-75 REPUBLIK INDONESlA

UPT SMPN 12 GRESIK
MENGUCAPKAN SELAMAT HARI PRAMUKA YANG KE-59
“MAJU TERUS PRAMUKA SMPN 12 GRESIK,MAJU TERUS PRAMUKA INDONESIA”

Cerpen “Liburan” oleh Nayala

LIBURAN

(Oleh:  Nayala Aich Octavia)

            “Sandra, kamu sudah bangun?”. Tanya Bu Mira, tanya mama Sandra sambil mengetuk pintu.

“Sudah Ma, sebentar lagi aku turun ke bawah.” Ucap Sandra yang sedang menyiapkan diri. Setelah itu terdengar suara kaki menuruni tangga. Sandra yang sudah siap dengan segala keperluannyapun keluar dari kamar dan langsung menuju ke bawah. Ternyata keluarganya sudah berkumpul, yaitu papa, mama, dan kedua kakak laki-lakinya. Merekapun segera memasukkan barang-barangnya kedalam mobil. Mobil yang ditumpangi satu keluarga itu, akhirnya melesat meninggalkan rumah mewah tersebut.

            Di dalam mobil, Sandra melihat pemandangan kota yang ia tinggali. Matahari yang terbit dari timur membuat bumi yang tadinya gelap, kini menjadi terang benderang. Hari ini Sandra dan keluarganya akan pergi berlibur ke puncak. Ia sudah membayangkan betapa sejuknya udara disana, pagi harinya dan disambut dengan suara kicauan burung-burung yang berterbangan.

            “San, kok ngelamun aja sih. Nanti kesambet loh.” Ucap kakak pertamanya yang bernama Mico. Suara kakaknya itu, membuat lamunannya buyar seketika.

“Ish, apaan sih Kak. Aku tuh mikirin, kita nanti tidurnya dimana?”. Ucap Sandra kesal, karena kaget dengan kelakuan kakaknya yang berbicara tepat di telinganya. Kan geli, he he he.

“Namanya di puncak, ya kita tidur di vila dong”. Jawab Pak Sando, papa Sandra yang tengah mengemudi.

“Yey, asik dong. Emang itu vilanya siapa, Pah?”. Tanya Doni, kakak keduanya.

“Vila yang akan kita tempati itu milik pamanmu. Di sana itu tempatnya enak kok. Ada taman bunganya loh. Di dekat vila itu juga ada kebun tehnya. Pokoknya kalian bakalan betah deh”. Jelas Bu Mira.

“Kayaknya mama udah pernah ke sana ya”. Terka Sandra.

“Emang iya”. Ucap Bu Mira sambil senyum-senyum dan menatap Pak Sando yang juga tersenyum.

            Tidak terasa Sandra dan keluarganya sampai di vila yang akan mereka tempati. Sandra dan kedua kakaknya langsung keluar dari mobil. Ternyata apa yang dibilang mamanya tadi benar, disini benar-benar nyaman, udaranya juga segar, harum bunga pun tercium di hidungnya.

“Wah, seger banget ya udaranya”. Ucap Doni yang dibalas anggukan oleh keluarganya.

“Yuk masuk!”. Ajak Bu Mira dan diikuti semuanya memasuki vila tersebut.

Sandra yang sudah diberi tahu kamarnya dimana, langsung saja masuk dan segera menata barang-barangnya dengan rapi. Setelah itu ia keluar dan berpapasan dengan Mico, karena kamarnya bersebelahan.

“Mau kemana?”. Tanya Mico

“Emm….. mau cari makan, lapar hi hi”. Jawab Sandra, cekikikan.

“Oh…… ya udah yuk, bareng. Kakak juga laper”. Jawab Mico, sambil merangkul pundak Sandra dan berjalan ke ruang makan.

Sudah banyak makanan tersedia di meja, ada Bu Mira yang sedang menyiapkan piring untuk mereka nanti.

Namun Sandra tidak melihat keberadaan papa dan kakak pertamanya.

“Ma. Papa sama kak Doni mana?”. Tanya Sandra penasaran.

“Oh, kakakmu mungkin belum selesai beres-beres. Kalau papa tadi masih ganti baju”. Jawab Bu Mira/

Tak lama terdengar suara kaki menuruni tangga.  Papa dan kakak pertamanya itu sedang bersenda gurau. Kamar papa dan mamanya itu bersebelahan dengan kakak pertaanya yang ada di lantai dua, serta kamarnya berada di lantai satu bersebelahan dengan kakak keduanya. Akhirnya mereka makan bersama dengan hening, hanya ada suara sendok yang berdenting.

Setelah menghabiskan makanannya Sandra meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk pergi ke taman bunga. Mico ikut dengan Sandra ke taman, karena disuruh oleh mamanya untuk menjaga adik perempuan satu-satunya itu. Sebenarnya ia malas sekali, mending tidur di kamar. Tapi karena ancaman sang mama yang akan memotong uang sakunya membuat Mico tidak berani membantahnya.

“Bunganya harum banget yah kak”. Ucap Sandra yang tengah menciumi bunga-bunga di sana.

“Namanya juga bunga, ya wangilah. Emang kamu bau, belum mandi”. Ucap Mico kesal.

“Kakak juga belum mandi kan, ini tuh masih siang. Aku juga gak sebau itu kok”. Jawab Sandra.

“Kalau aku nggak mandi tetep wangi kok”. Ucap Mico percaya diri.

“Iyain ajalah biar seneng”. Ucap Sandra.

Sandra kembali menikmati pemandangan dan melihat-lihat bunga yang indah, sedangkan kakaknya itu asik bermain game sambil duduk di rumput yang lembut tepat di bawah pohon yang rindang dan sejuk. Ditengah menikmati pemandangan yang indah Sandra terpaku melihat wanita cantik dibawah pohon paling besar dan rindang. Ia melihat wanita itu seperti memainkan memainkan sebuah alat musik gitar.

Sandra perlahan mendekati tempat wanita itu berada, karena rasa penasarannya yang tinggi. Semakin ia maju dan mendekati tempat wanita itu berada degup jantungnya pun kian bertambah. Namun suara Mico yang mengajaknya kembali ke vila membuat ia berbalik dan berjalan menuju kakaknya. Masih ada rasa penasaran, Sandra mencoba melihat kembali ke arah wanita itu. Tetapi, ia tidak menemukan keberadaannya. Mico yang kesal langsung menarik tangan Sandra.

“Kak lepasin, sakit tau”. Ucap Sandra dengan muka cemberut.

“Lagian kamu lama, ya uda aku seret aja biar cepet”. Ucap Mico kesal. Ia ingin kebali ke vila dan segera mandi karena badannya sudah terasa lengket.

“Ya udah, tapi bisa kan nggak usah seret-seret juga”. Ucap Sandra kesal dan menghentakkan kakinya.

“Iya deh. Tapi mukanya jangan gitu dong, nanti cantiknya hilang loh”. Ucap Mico, yang melepas tangan Sandra dan merangkul pundaknya.

Sandra dan Mico kembali berjalan menuju vila. Mico sedang bersenandung riang dengan Sandra yang masih saja memikirkan kejadian tadi. Sandra mencoba mengenyahkan pikiran itu dan kembali menikmati liburannya kali ini. Sesampainya Sandra dan Mico di vila, Sandra langsung masuk ke kamarnya, merebahkan tubuhnya dan tidak sadar ia sudah memejamkan mata berselancar di alam mimpi.

“Sandra cepat mandi dan turun ke bawah”. Teriak Mico di balik pintu kamar Sandra.

“Iya kak”. Ucap Sandra yang baru bangun dari tidurnya.

“Ada apa?”. Tanya Sandra, setelah mengetahui keberadaan keluarganya yang ada di ruang keluarga. Langsung saja ia duduk di bawah bersama kakak-kakaknya.

“Kumpul-kumpul dong. Biar kamu nggak tidur terus”. Ucap Doni, mengocak rambut Sandra.

“Emang kakak tau dari siapa kalau akau tidur terus?”. Tanya Sandra, menatap Doni dengan curiga.

“Tuh, kata kakak kamu tersayang”. Ucap Doni dengan dagu yang diangkat mengarah ke Mico.

“Namanya juga capek habis keliling taman, ya aku tidurlah”. Jawab Sandra santai.

“Gitu aja capek, gimana aku yang nungguin kamu”. Ucap Mico.

“Mending nungguin aku, dari pada uang saku dipotong”. Ucap Sandra menggoda Mico dengan menaik turunkan alisnya.

Mico yang mendengar ucapan adiknya itu hanya bisa mendengus kesal. Ia kembali memainkan game yang ada di smart phone nya itu. Sedangkan papah dan mamanya asik berbincang dan Sandra serta Doni juga menikmati camilan yang ada di meja. Sandra, yang sedang menikmati camilan itupun tiba-tiba teringat dengan kejadian tadi dialaminya. Rasa penasarannya seketika muncul.

“Pa, selain kita apa ada yang tinggal di vila ini?”. Tanya Sandra penasaran.

Pak Sando mengehentikan kegiatannya yang sedang berbicara dengan Bu Mira, lalu menatap putri kecilnya itu dengan raut berpikir.

“Yang menyewa tempat ini hanya untuk keluarga kita saja, di sini paling cuma ada Pak Joko pengurus kebun dan Pak Surya biasanya suka keliling-keliling vila buat mastiin ngga ada maling”. Jelas Pak Sando.

Sandra yang mendengar penjelasan papahnya itu hanya ber “O” riya saja, ia tidak ingin membuat keluarganya penasaran sepertinya. Juga takut bila terjadi sesuatu kepada orang-orang yang sngat disayanginya itu.

“Memangnya kenapa San?”. Tanya Mico yang mengerutkan keningnya.

“Ga papa kak”. Jawab Sandra memalingkan wajahnya ke Mico, lalu kembali menikmati camilan.

Langit malam hari ini begitu indah, banyak kemerlap bintang dan tak lupa ada bulan sabit yang ikut menerangi bumi, berbeda dengan kota yang ditempati Sandra. Bila malam hari tiba yang bergemerlap hanya lampu-lampujalan, itu jika dilihat dari hotel yang bertingkat.

BRRAAK………..

Sandra yang kini menikmati pemandangan dari balik jendela tersentak kala mendengar bunyi itu. Ia bangkit dari tepi kasurnya dan mengeceknya, mungkin ada benda jatuh. Perlahan ia membuka pintu sedikit dan menyembulkan kepalanya keluar, sepi tidak ada orang di sini. Itu yang membuatnya penasaran, hingga ia membuka pintu lebar-lebar dan mencari sumber suara tadi. Sandra mencari ke ruang keluarga tidak ada, tapi itu tidak membuat rasa penasarannya hilang, dengan penuh semangat ia mencarinya hingga ke seluruh ruangan yang ada di vila ini. Tetapi sayang, nihil tidak ada benda yang terjatuh. Sandra keluar dari vila dengan keberaniannya.

“Oh ternyata kamu yang membuat pot ini jatuh”. Kata Sandra.

Sandra berjongkok dan mengambil kucing berbulu putih bersih nan lembut itu ke pangkuannya. Ia berniat untuk mengadopsinya dan segera ia bangkit untuk meminta izin kepada kedua orang tuanya. Namun saat badannya berbalik, betapa terkejutnya Sandra melihat wanita cantik yang ada di taman bunga siang tadi, berdiri tepat di depannya dengan pandangan sayu.

“Kakak siapa?”. Tanya Sandra dengan polosnya.  Wanita itu itu tidak menjawab, ia malah menyuruh Sandra untuk mengikutinya dengan melambaikan tangannya. Sandra mengikuti wanita itu memasuki vila dan berhenti di kamar yang ditempati Mico.

“Kenapa di kamar kak Mico?. Tanya Sandra.

Namun saat ia melihat tempat wanita itu berdiri, ternyata sudah tidak ada, lagi-lagi ia menghilang. Namun Sandra tidak peduli, ia penasaran ada apa dengan kamar yang ditempati kakaknya itu. Sandra membuka pintu kamar dengan perlahan, saat itu pula ia melihat di dalam tidak ada kakaknya melainkan seorang laki-laki dan seorang wanita cantik, mereka seperti seumuran dan masih terlihat muda dengan umur berkisar 18 tahun, menurut Sandra.

“Kak Mico mana?”. Batin Sandra.

Kedua orang itu saling berbicara dan Sandra seakan tak terlihat oleh mereka. Sebentar, ia merasa mengenali wajah laki-laki itu. Sandra menyipitkan mata, berusaha mengingat-ingat wajah lelaki yang wajahnya mengeras. Matanya langsung membelalak, bukan karena ia mengingat laki-laki itu, tetapi tiba-tiba ia sedang mengeluarkan benda tajam semacam sabit dari juba yang ia kenakan.

“KAAK AWAAS!!!!”. Teriak Sandra.

Tetapi tak ada satupun yang mendengarkan teriakannya itu. Sampai dimana laki-laki itu melayangkan sabitnya dan mengenai leher wanita itu sampai putus. Badan wanita itu ambruk dengan darah yang menggenang di lantai. Sandra yang sock melihat kejadian mengerikan tadi akhirnya tidak sadarkan diri. Namun sebelum pingsan, ia sudah tahu siapa wajah laki-laki yang merasa di kenalnya.

Pagi harinya Mico dikejutkan dengan keberadaan adiknya di depan pintu, apa mungkin Sandra bermimpi sambil berjalan dan tertidur di depan kamarnya. Mico tidak tahu, ia berusaha membangunkan Sandra dengan menggoyang pundaknya tapi tidak ada tanda-tanda adiknya itu sadar. Panik, satu kata yang tepat untuk mewakili perasaan Mico saat ini karena adiknya tak sadarkan diri.

Tetapi ia mencoba berpikir dan segeralah Mico mengangkat tubuh mungil Sandra ke kamarnya. Setelah itu ia bergegas mencari orang tuanya dan kakaknya.

“PA, MA, KAK DONI !!!” Teriak Mico dengan mengetuk kamar mereka bergantian.

“Ada apa Miko?”. Tanya Bu Mira.

“Sandra ma”. Jawab Mico panik.

“Sandra kenapa Mic, jawabnya yang bener dong”. Tanya Doni yang ikut panik.

“Sandra pingsan, sekarang dia ada di kamarku”. Jawab Mico, setelah menarik napas yang panjang.

Mendengar perkataan Mico tadi, mereka segera melankah dengan cepat ke kamar Mico. Sementara itu Sandra mulai tersadar, matanya mulai terbuka bertepatan dengan kedatangan kedua orang tuanya dan kakak-kakaknya. Saat itu ditanyai oleh papanya, awalnya ia berbohong, tetapi papanya tau dan meminta kejuuran. Jadilah Sandra menceritakan semua kejadian yang dialaminya di sini. Pada saat Sandra menjelaskan soal orang yang wajahnya ia kenal. Sandra mengatakan bahwa itu adalah PAMANNYA. Akhirnya, mereka mencukupkan liburan puncak dan memilih pergi ke rumah pamannya meminta kejelasan tentang kejadian itu.

Sesampainya di rumah paman, Pak Sando langsung menanyakan pasal kejadian tadi. Sandra meras ada yang aneh saat papanya membahas wanita yang dilihatnya, wajah pamannya itu terlihat memerah, apalagi sewaktu papanya menceritakan dimana Sandra melihat wanita itu kepalanya disabit.

BRAAK…..

Pamannya menggebrak meja dengan sangat keras. Membuat kami semua terkejut.

“JADI KAMU MENUDUH AKU MEMBUNUH WANITA ITU”. Bentak pamannya.

“Tidak mas, aku hanya butuh kebenaran dan kepastian serta KEJUJURAN”. Kata Pak Sando dengan menekan kata “KEJUJURAN”.

Hening, pamannya itu diam semuanya diam dan ketakutan, kecuali pamannya yang jelas terlihat marah. Tiba-tiba pamannya tertawa sendiri, lalu menangis. Satu kata yang ada di benak Sandra. Aneh.

“Kejujuran ya”. Ucap pamannya itu dengan menyeringai.

BRAAK…….PRANK……….BRUUK………..

“YA, AKU YANG MEMBUNUHNYA !!!”. Ucap pamannya berteriak dan menghancurkan benda-benda di sekitarnya.

“Salah, SALAH AKU MEMBUNUH ORANG YANG TIDAK MAU HIDUP DENGANKU!!!”. Bentak pamannya.

“Dia memutuskan….hiks…hiks…hiks. Dia tak ingin bersamaku. Dari kecil aku sudah kurang perhatian orang tuaku. Sampai aku bertemu dengannya, aku ingin dia hidup denganku. Tapi dia memutuskanku, tak ada alasan yang ia berikan. Hanya saja, ia bilang aku menyakitinya”. Ucap pamannya yang memelan ludah di bagian akhir kalimat.

Kami semua terdiam. Bu Mira dan Sandra menangis tersedu. Diam-diam Mico merekam semua kejadian yang terjadi dan itu adalah perintah dari papanya. Dengan kode yang diberikan Pak Sando Doni menelpon polisi. Tiba-tiba pamannya berbalik dengan membawa pecahan kaca di tangannya.

“Nah kalian sudah tahu mengapa aku membunuhnya”. Ucap pamannya dengan mendekati keluarganya.

“KALIAN HARUS MATI”. Teriak pamannya.

BRAAK……

“Angkat tangan”. Ucap polisi sambil menodongkan pistol.

Polisi langsung memborgol tangan pamannya dan membawanya ke kantor polisi. Sedangkan Sandra dan keluarganya kembali ke mobil. Mobilpun melesat menuju rumah kediaman mereka.

“Ternyata aku yang membuatnya begini”. Ucap Pak Sando menyesal.

“Sudahlah, ini semua bukan sepenuhnya salahmu”. Ucap Bu Mira menerangkan.

“Mico, kamu sudah berhasil?”. Tanya Pak Sando.

“Sudah pa”. Jawab Mico sambil menunjukkan rekamannya.

“Bagus, itu bisa menjadi bukti”. Ucap Pak Sando.

Akhirnya keluarga Sandra sampai di rumah dengan selamat. Sandra langsung menghempaskan tubuhnya kekasur yang empuk. Ternyata liburannya kali ini sangat berbeda dari sebelumnya.

Pamannya itu mengalami gangguan jiwa dan mayat wanita yang dibunuhnya itu dikubur di taman bunga. Mungkin arwahnya sudah tenang karena sudah dikuburkan di tempat yang seharusnya. Sandra mengetahuinya dari papanya yang diberitahu oleh polisi. Orang tua papanya terlalu pilih kasih dan hanya menganggap papanya saja di keluarganya membuat pamannya frustasi, akhirnya mengalami gangguan jiwa. Sandra tidak akan melupakan liburan kali ini, ia jadi lebih sering bersyukur dengan diberikan kebahagiaan dalam keluarganya. Orang tuanya menyayangi semua anak mereka dan bisa berlaku adail.

SELESAI

Belajar Itu Selezat Coklat! Suer Deh!

“Belajar kok selezat COKLAT?? Apanya yang lezat??

Yang namanya Belajar itu BERAATT!!

Kalo males, bakal kuwalat. Ngerjain PR telat… bisa kena damprat!

Belajar terus mana kuat!!!”

   Hehee… yang punya anggapan begitu, pasti dia belum tau kalau belajar itu bisa bikin kita keenakan. Yang tadinya beban, malah bisa ketagihan. Ga percaya? baca geh…… penulis akan membahas bagaimana sih caranya supaya belajar itu jadi menyenangkan dan akhirnya bikin ketagihan…. persis seperti saat melumat-lumat cokelat dimulut kita. Hmmmm…..Yummy!  
   Well, Siapasih yang tidak suka cokelat? Selain rasanya enak, cokelat juga berkhasiat, lho!. Kandungan bahan kimiawi yang ada di dalamnya seperti Teobromin, Fanetilamina, dan Andamimida yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh dan kandungan ini banyak dihubungkan dengan serotonin dalam otak dan bisa membuat kita rileks,tapi nggak bikin ngantuk dan bisa menaikan mood juga. Lumernya kandungan kokoa dalam cokelat menimbulkan rasa lembut yang khas dimulut. Bahkan riset terakhir dari BBC mengindikasikan Kalbefarma, cokelat yang dimakan dalam jumlah normal dan teratur dapat menurunkan tekanan darah. Cokelat hitam bila mengkonsumsi dalam jumlah sedang, mengandung anti oksidan yang dapat mengurangi pembentukan radikal bebas dalam tubuh dan bisa menurunkan resiko penyakit jantung koroner.

  Banyak korban yang begelimpangan karena mengaku setiap kali ketemu sama yang namanya ‘belajar’, mereka akan kena yang namanya Belajarophobia, seperti mengantuk saat baca buku pelajaran, jantung berdebar saat lupa ngerjain PR, hilang nafsu makan saat tau nilai ulangan jeblok, hingga pusing saat ngerjain PR matematika, dan sakit perut saat guru maju nyuruh ngerjain soal di depan.

  Jadi, apakah kamu termasuk salah satu yang terkena Belajarophobia? ini tandanya jendela kamar kamu masih kamu buka.. karena kamu sistem belajarnya SKS(sistem kebut semalam), berikut adalah kesalahan-kesalahn yang sering dilakukan sehingga terkena Belajarophobia

Kesalahan Pertama: Belajar SKS

   Belajar SKS, membawa kita pada niat yang salah, yaitu niatnya hanya cari nilai, bukan cari ilmu. Besok pagi ujian, malam ini baru belajar. Okelah mungkin paginya kamu lancar-lancar saja, tapi kalau sorenya ditanya lagi pasti sudah mulai lupa lupa ingat, besoknya ditanya, Bengong, minggu depanya ditanya lagi, pasti sudah hilang.

     Inilah mengapa para siswa merasa cemas menghadapi ujian, padahal materinya sudah dipelajari, tapi karena belajarnya SKS, akhirnya kita harus mengulang deh semua pelajaran yang sudah dipelajari. Seharusnya sebagai pelajar, kapanpun ujian ditentukan waktunya meskipun mendadak, sudah siap penguasaan materi.

  Bagi penganut sistem ini, Selamat…!!!! kamu mematahkan kata pepatah “Tuntutlah NILAI ke negeri Cina” (seharusnya ilmu)

  Sebenarnya SKS itu lebih tepatnya bukan belajar, lebih tepatnya mengingat, penulis juga pernah melakukan SKS ini dengan Istana Pikiran, cukup efektif memang bagi mereka yang punya ‘Istana Pikiran’ yang bisa dibuka lagi kapanpun penulis mau. hehehe…… Kenapa penulis katakan SKS bukanlah belajar tapi mengingat ? Well, penulis rasa kamu harus tau dulu deh, belajar itu apa.

Kesalahan Kedua: Semua Tergantung Gurunya

   Setiap guru punya kekurangan dan kelebihan masing-masing seperti kita, dengan segala kekurangan dan kelebihan itu, semua guru pasti berkeinginan muridnya jadi anak pintar dan lulus ujian. Namun kadang masih ada anggapan dari diri kita bahwa penyebab utama keberhasilan adalah guru. kalau nilai kita bagus, kita bilang gurunya ngajarnya enak, namun kalau nilai kita jeblok, kita bilang gurunya yang nggak bisa ngajar

   Emang sihh… guru punya peran yang besar untuk menentukan keberhasilan seorang siswa, dan dari guru yang berkualitas pula siswa-siswi yang berkualitas dilahirkan. Tapi keliru kalau kita menganggap bahwa guru adalah kunci kesuksesan utama dalam belajar

   Yang menetukan keberhasilan kita adalah kita sendiri, bisa aja gurunya nggak pinter ngajar, tapi kalau kita punya semangat yang kuat dalam belajar kita akan mencari ilmu yang tidak kita mengerti dari siapapun, jadi kalo kita beranggapan bahwa guru itu faktor utama, kita gak bakal punya dorongan untuk memperkya pengetahuan yang kita dapat dari sang guru

   Jadi tanamkan pada diri kita bahwa gagal dan berhasilnya saya dalam belajar, itu tergantung diri saya sendiri. Jika prinsip ini sudah tertanam di diri kita, kita nggak akan kena lagi tuh yang namanya males-malasan dalam belajar. Karena kalau kita tidak belajar dan cuma puas dengan pelajaran dari guru saja, maka kita sendiri yang akan menanggung akibatnya

Kesalahan Ketiga: Puas Dengan Prestasi Belajar Yang Rendah

   Banyak dari kta yang merasa puas dengan nilai enam untuk matematika. Jika ditanya, “Kenapa cuma dapat nilai enam?” jawabnya “itu sudah bagus, yang dapet empat, lima saja banyak”

     Memang betul kalau ita harus bersyukur atas apa yang kita peroleh, namun jangan sampai kita salah menempatkan makna syukur. jika kitapunya potensi mendapatkan nilai delapan tetapi kita hanya dapat nilai enam artinya kita sudah mendholimi diri sendiri. Pantaskah hasil dari pelecehan terhadap potensi sendiri kita syukuri?

     Allah telah memberikan potensi kepada setiap manusia untuk berprestasi optimal. Konsekuensinya adalah kita harus menggapai prestasi yang optimal. Salah satu caraanya adalah mengevaluasi siri atas hasil belajar yang telah diraih, itulah sebabnya hal penting yang harus dilakukan ketika tau nilai kita enam adalah bertanya kepada diri kita sendiri: “Mengapa saya mendapat enam? sampai situkah potensi saya? apakah hal yang mustahil mendapat nilai lebih dari itu? sudah optimalkah saya? mengapa masih ada teman yang nilainya diatas saya? mengapa mereka bisa mendapat sembilan sedangkan saya tidak? apa yang harus saya lakukan agar ulangan saya bisa mendapat delapan, sembilan, bahkan sepuluh?”

     Dari pertanyaan diatas kita dapat menyimpulkan secara objektif: apakah saya harus bersyukur atau beristighfar dengan nilai tersebut,  biasakan untuk tidak cepat puas dengan prestasi yang ada, Berusahalah mengejar prestasi yang lebih baik dari yang pernah didapat.

     Nah, setelah tau kesalahan apa aja yang bikin si dia yang namanya nggak boleh disebutin jadi berat, apasih yang bisa membuatnya jadi menyenagkan? apa yang bisa bikin dia jadi selezat cokelat? Gimana sih biar kita cinta sama yang namanya belajar dan kangen sama yang namanya belajar? maka jangan alergi dulu sama yang namanya “Belajar” anggaplah belajar itu sebagai potongan-potongan cokelat yang akan kita lumat di mulut. Lalu bagaimana resepnya bikin belajar jadi selezat coket? nah… berikut adalah resepnya, cekidot:

Potongan Cokelat 1: Tau Manfaat Belajar

Kelezatan pertama : Berubah, dan menuju sesuatu yang lebih baik

   Yes… pertama kali kita harus tau dulu apa itu belajar……….

Apa itu Belajar?Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

Belajar adalah PERUBAHAN, jadi kalau kamu memang benar-benar belajar, Setelah mempelajari sesuatu kamu akan merasakan perubahan. Perubahan apa? dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak mengerti jadi mengerti, dari yang kurang pintar menjadi pintar, dari yang amatir jadi profesional, dari yang Ingusan jadi Duitan(udah kerja). Jadi, kalau kamu tidak mengalami perubahan setelah belajar, tandanya kamu belum belajar. 

Si ucup bilang “Saya mengalami perubahan setiap pulang sekolah apalagi pas pelajaran terakhirnya matematika” .  

“Perubahan apa emangnya cup?”. 

“Ngantukkk…. jadi ngantukk Don”

 “Semprullll”

 Pada intinya, semua kegiatan yang dilakukan itu tujuannya untuk kebahagiaan kan? Siapa yang ingin sengsara didunia? Dalam kasus ini kita sebagai pelajar ya….harus belajar. Inget ya, biar bagaimana pun, kita nggak bisa ngelewatin satu bidang studi untuk tidak kita pelajar, karena biar bagaimanapun kita butuh belajar untuk lulus ujian, mencapai cita-cita yang cemerlang, jauh dari madesu(masa depan suram). Memang kamu mau masa depan mu suram? pastinya nggak dong,

   So.. jadikanlah belajar jadi kebiasaan, belajar akan jadi kebutuhan(bukan hanya disekolah), maka belajar itu pasti akan membuatmu ke asyikan lho. Ada ujian tinggal BRANGKAT!! ada PR? SIKAT!! ngerjain soal? LEWAT! guru tanya? EMBAT!! makannya… SEMANGAT!!!

Potongan Cokelat 2: Semangat Belajar

Kelezatan ke-2 : Rasa Kompetitif dan Keingintahuan

Kamu pernah baca novel Harry Potter yang tebalnya sebantal, atau buku lainnya yang tebel? kenapa kamu semangat untuk menyelesaikan ceritanya? jawabanya satu, pasti karena kamu penasaran

    Nah, timbulkan juga dong rasa penasaran yang sama paada semua pelajaran disekolah, apa manfaat pelajaran tersebutyang bisa kamu terapkan dalam kehidupan nyata. Akhirnya jadi semangat belajar deh…

     Iya, semangat belajar itu pentingnya bukan main. Ini poin yang kedua. Kita bisa mencontoh Imam Syafi’i yang sejak umur 2 tahun ayahnya meninggal dan hidup bersama ibunya dalam keadaan miskin bin melarat sehingga tidak mampu membayar gurunya yang mengajarinya Al-Qur’an

     Meskipun begitu, Syafi’i kecil yang ketika itu belum menjadi imam tidak minder. saat di kuttab (kalau sekarang TPA), beliau mendengarkan gurunya mengajar murid-muridnya ayat-ayat Al-Qur’an, dan beliau langsung menghafalkanya. Apabila gurunya mendiktekan sesuatu, belum sampai selesai membacakan pada muridnya, syafi’i kecil sudah menghafal seluruhnya yang telah didiktekan gurunya. Hingga pada suatu hari gurunya berkata “Demi Allah, aku tidak pantas mengambil bayaran dari kamu sesenpun.”

   Sungguh semangat Imam Syafi’i kecil dalam menuntut ilmu patut ditiru! Makanya wajar kalau beliau:

Hafal Al-Qur’an sejak umur 7 tahun

Diizinkan mengeluarkan fatwa oleh gurunya pada usia 15 tahun

Hafal ilmu fikih dari ulama makkah pada umur 20 tahun

Hafal Al-Muwaththa’ karya imam malik lengkap dengan sanadnya dalam 9 malam

Menjadi orang pertama yang merumuskan kaidah ushul fiqih

Membuat 1000 kesimpulan hukum lengkap disertai dalil dari renungan atas sebuah hadist pendek dalam semalam

     Jadi meskipun kemampuan kita terbatas, jangan dijadikan sebagai masalah, Justru jadikan keterbatasan itu sebagai batu loncatan untuk maju ke impian yang ada di depan sana, bukan malah menganggapnya sebagai batu sandungan.

Potongan Cokelat 3: Ya Sudah Mulai Saja!

Kelezatan ke-3 : Menemukan hal baru

   Lalu cara ketiga membuat belajar menyenangkan adalah MEMULAI, Iya memulai, kalau kelamaan ditunda tinda malah nggak jadi jadi. Semakin pandailah kita menjadi ahli penunda.

     Banyak yang suka ngeluh dan bingung saat mana yang tepat untuk belajar. Nggak mood lah, lagi M lah (Males) dan seabrek kambing hitam lainya…

     Okelah sekarang kita mau Ngerumpiin yang namanya “Males”, setiap manusia juga pernah ngerasain males, termasuk juga penulis, bukan belajarnya sih yang males, tapi kadang dari rumah menuju sekolah atau tempat les itu.. jalanya yang bikin males, tapi paksain! ya, harus dipaksa… jangan dulu bilang ini pemaksaan, nggak semua pemaksaan itu buruk lho…

     Nah begitupun belajar. Saat rasa malas itu datang, paksakan untuk tetap belajar. Caranya, tanamkan sugesti dalam diri kamu bahwa kali ini hanya akan belajar selama 5 menit saja, tidak lebih! Huh ngapai lama lama! udah, jangan kebanyakan alasan lagi. tetap paksakan  untuk mulai, tekadkan cukup lima menit saja.

     Mulai… Belajar

     Ssst… Jangan berisik

     5 menit berlalu…. ntar dulu, sedikit lagi deh

     7 menit berlalu… tanggung

     10 menit berlalu… eh, kayanya ada kaitanya sama catatan kemarin deh, mana ya buku catatanya :v

     Naahhh… malah ketagihan kan? Ketauhilah bahwa sesungguhnya yang bikin males itu bukan belajarnya, tapi memulainya. Karena kalau sudah mulai, kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda… inget ya, teknik ‘5 menit  saja’ terapkan kalau lagi datang M nya alias Malas

     Jadi nggak ada alasan lagi dong buat menghindari belajar. Nikmatilah proses belajarmu itu, rasa ingin tau atau penasaran itulah yang bikin nikmat. Orang bisa sukses karena hadiah dari proses belajar yang telah mereka lalui, meskipun memang tidak selamanya menyenangkan. no pain no gain lah,,

Oke, selamat melumat-lumat lembut kelezatan belajarmu.

Sumber : BLOGOUNDRIUM

Visi & Misi Sekolah

Ikatlah Ilmu dengan Menulisnya

ADA sebuah pernyataan yang dinisbatkan kepada Ali bin Abi Thalib, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” Pernyataan ini senantiasa menjadi dalil untuk menjelmakan tradisi menulis, meskipun perlu juga penelusuran lebih teliti penisbatannya kepada suami dari Fatimah binti Muhammad itu. Pelbagai apresiasi dan tafsir tak terhitung telah diuraikan demi memberi makna pernyataan tersebut.

Lantas, mengapa ilmu perlu diikat? Wahtini (2010) lewat tulisannya berjudul “Menulis, Tradisi Intelektual Muslim” yang tergabung dalam buku antologi Menulis, Tradisi Intelektual Muslim mencoba memberikan jawaban. Ilmu perlu ikat karena ilmu pun bisa lenyap dari bumi sebagaimana lenyapnya ruh dari tubuh, ujar Wahtini. Penulis yang memiliki nama pena Tinta Zaitun ini menuturkan, “Ilmu adalah hikmah yang Allah SWT percayakan kepada orang-orang yang layak menerimanya. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 269, “Allah menganugerahkan al-hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran.”

Lebih lanjut Wahtini menuliskan, “Tidak semua orang mampu membaca hikmah, sebagaimana tidak semua orang mampu menyerap ilmu yang bertebaran di muka bumi. Maka, di situlah ilmu menjadi penting untuk diajarkan, oleh orang yang diberi kemampuan membaca hikmah kepada orang yang kurang mampu menemukan helai-helai hikmah dalam hidupnya. Dari semangat mengajarkan itulah munculnya benang merah dengan perkataan Ali bin Abi Thalib di atas.”

Benar apa yang dikatakan Wahtini bahwa tulisan menjadi sebuah wahana pengajaran sekaligus wahana transfer ilmu. “Hikmah yang berhasil ditemukan tidak selamanya mampu dipegang atau tersimpan. Maka, untuk menjaga hikmah itu, Ali bin Abi Thalib mengajarkan untuk menuliskannya. Di samping menyimpan ilmu, tulisan mampu menjadi alat transfer ilmu itu sendiri ketika dibaca oleh orang lain,” tutur Wahtini.

Apa yang diutarakan Wahtini di atas terdapat dalam buku Menulis, Tradisi Intelektual Muslim, halaman 95-96. Buku ini diterbitkan Youth Publisher, Yogyakarta, cetakan I November 2010. Selain Wahtini, buku ini juga berisi tulisan dari 24 penulis lainnya.

Pada dasarnya, menurut Hendra Sugiantoro, mengikat ilmu dengan tulisan merupakan pekerjaan yang tidaklah sukar. Namun demikian, sebagian dari kita merumitkan pekerjaan ini, sehingga pandai berdalih tak ada yang bisa dituliskan. Padahal, setiap saat kita mendapatkan ilmu, entah dari mana pun datangnya. Ilmu yang kita dapatkan itu perlu diikat dan disampaikan kepada orang lain.

Yang jelas, tulisan ini adalah upaya “mengikat ilmu”. Begitu mudah, bukan? Wallahu a’lam.